Text
Sastra Horor
Manusia purba dan mereka yang hidup di zaman kuno menceritakan kisah-kisah tentang hantu, setan, dan makhluk halus sebagai peringatan pada masyarakat karena mereka percaya bahwa makhluk-makhluk supernatural itu nyata, sehingga rasa takut mereka pun adalah sebuah perasaan yang juga nyata. Para pengarang sastra horor modern mencoba untuk menangkap dan menghadirkan kembali rasa takut tersebut, bukan dengan tujuan menyajikan misteri, melainkan lebih untuk menciptakan suatu karya seni. Di Indonesia, keduanya masih berjalinan menjadi satu: ketakutan yang nyata akan hantu-hantu hadir bersama-sama dengan penciptaan kisah-kisah hantu sebagai sebuah genre sastra. Dengan demikian, Indonesia menyediakan lahan subur bagi lahirnya banyak kisah hantu dengan potensi khalayak pembaca yang besar. Rasa takut yang sifatnya primitif itu bahkan tidak jarang dieksploitasi oleh banyak berita-berita palsu (fakenews atau hoaks) dengan tujuan membangun sikap agresif terhadap sesuatu yang ditampilkan sebagai musuh atau ancaman. Berita-berita palsu itu dirancang untuk melakukan pendekatan secara emosional pada targetnya dan dengan cara melumpuhkan rasio atau kemampuan berpikir secara kritis. Pada saat seseorang merasa ketakutan dan terancam, naluri agresifnya pun diaktivasi, dan siapa pun atau apa pun yang diposisikan sebagai ancaman akan diperlakukan sebagai musuh yang harus dilawan dan ditumpas. Mereka itu bisa berupa orang atau kelompok dengan keyakinan berbeda, orientasi seksual berbeda, dan kelas sosial atau ras berbeda (Prof. Manneke Budiman, M.A., Ph.D., 2024).
1011NYM2024 | 808.8 ANO s | Koleksi Umum | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain